Mengemas Limbah Kertas Jadi Bisnis Berkelas
KOMPAS.com — Produk
daur ulang kertas sudah kian jamak di pasaran. Ini membuktikan, ada
pangsa pasar untuk produk kreatif ini. Kreativitas mengolah limbah
kertas ini bisa menghasilkan keuntungan cukup besar, sementara modal
yang dikeluarkan minim.
Produk dari daur ulang kertas memang bukan barang baru di Tanah Air. Sejak tahun 1990-an, produk ini sudah mulai dikenal masyakarat dan sempat booming karena keunikannya.
Jenis produk yang bisa dihasilkan dari daur ulang kertas ini juga terus berkembang. Semula wujudnya hanya frame atau pigura foto dan blocknote. Lalu, bermunculan kreasi produk-produk baru seperti wadah tisu, kotak perhiasan, kotak hantaran, dan kotak kado. Sekarang, produk semacam ini mudah ditemui di pasaran. Yang membedakan produk yang satu dengan yang lain adalah desain, bentuk, dan warna yang kian kreatif.
Isu-isu seputar go green yang masih bergaung hingga sekarang membuat produk-produk dari daur ulang kertas ini semakin diminati. Biasanya, produk-produk dari daur ulang kertas ini dijadikan suvenir dalam berbagai acara.
Tren batik beberapa tahun terakhir juga membuat pamor produk-produk dari daur ulang kertas kian bersinar. Sebab, produk-produk dari bahan bubur kertas yang berkesan etnik ini pas bersanding dengan barang-barang yang dibuat dengan teknik batik. "Masih terbuka pasarnya. Produk frame foto yang merupakan jenis produk paling lawas pun permintaannya masih banyak," kata Diana Herawanti, pemilik Spinifex, perajin produk daur ulang kertas di Bantul.
Pengusaha lain dari Yogyakarta, Dicka Armitasari, juga cukup optimistis dengan peluang bisnis produk yang memanfaatkan limbah ini. "Toko-toko kerajinan cukup banyak, toko-toko batik juga banyak. Jadi, produk-produk kertas daur ulang ikut berpeluang diminati pasar," kata Dicka, yang baru memulai usaha ini tahun 2009.
Hingga saat ini, baik Diana maupun Dicka masih melayani konsumen dari wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. "Yang datang ke saya biasanya beli untuk dijual kembali," kata Diana.
Dalam sebulan, Diana bisa memproduksi 3.000 unit produk dengan omzet Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per bulan. Sementara itu, Dicka sebulan bisa mendapat pesanan sampai 1.000 unit produk dengan omzet Rp 5 juta hingga Rp 7,5 juta. Keuntungan yang mereka dapat bisa mencapai 50 persen dari omzet.
Mau belajar desain
Bekal utama yang harus dimiliki dalam menjalani usaha semacam ini sudah tentu adalah kreativitas. Maklum, barang yang diproduksi merupakan jenis produk yang terbilang punya nilai seni. "Ia juga harus mau belajar soal tren. Misalnya, sekarang ini konsumen lebih menyukai produk-produk yang sifatnya fungsional bukan sekadar dekoratif," kata Diana.
Menurut Joko Wahyudi, pemilik Ken Rayi Paper Craft di Solo, pembuatan produk dari daur ulang kertas terbilang mudah asalkan pembuatnya punya jiwa seni. "Semua bisa dipelajari dengan mudah asal telaten," katanya.
Dicka yang baru saja lulus kuliah sependapat dengan Joko. Untuk mempelajari pembuatan produk, kita bisa mencari informasi sebanyak-banyaknya di internet. "Kalau mau belajar langsung juga bisa. Sekarang banyak yang menawarkan pelatihan proses pembuatan kertas daur ulang dan produksinya. Saya dulu memulainya dengan ikut pelatihan," ujarnya.
Joko mengungkapkan, setiap pelaku dalam usaha ini harus memperhatikan selera pasar. Selain itu, mereka kudu mencoba berinovasi sekalipun produk sejenis sudah banyak di pasaran. Misalnya, inovasi dari sisi warna atau hiasannya. Ambil contoh, dari sisi hiasan, si pembuat bisa lebih bermain kombinasi dengan benda-benda unik dan berkesan etnik seperti rempah-rempah, bunga, atau daun kering. Pilihan lain adalah dikombinasikan dengan kain-kain tradisional, seperti batik atau ulos.
Adapun pewarnaan kertas bisa menggunakan warna alam seperti pandan, daun rambutan, atau kunyit. Serat-serat kertas supaya lebih unik bisa dicampur dengan serat nanas atau serat pelepah pisang. Patut diingat, produk-produk semacam ini rawan penjiplakan. Jadi, Anda mesti rutin atau sering-sering melakukan inovasi.
Modal kecil
Untuk menjajal usaha ini, modal yang harus Anda keluarkan tidaklah banyak, antara Rp 1 juta–Rp 3 juta saja. Uang itu digunakan untuk membeli peralatan seperti blender, papan bak kayu, penggaris, ember, cutter, filter, dan alat tulis. Untuk tempat produksi, Anda bisa memanfaatkan ruangan di rumah Anda sehingga bisa hemat ongkos sewa lokasi usaha. Di Jakarta Selatan, sewa tempat ukuran 35 meter persegi berkisar Rp 10 juta–Rp 35 juta per tahun.
Nah, bila ingin merenovasi lokasi produksi, perlu disiapkan uang sekitar Rp 3 juta. "Biaya itu sudah termasuk untuk membeli rak-rak untuk memajang produk," kata Dicka. Untuk melengkapi usaha semacam ini, paling tidak, Anda juga harus memiliki alat transportasi seperti sepeda motor untuk memperlancar usaha.
Menurut Diana, menekan biaya ada baiknya, yakni Anda mendaur ulang kertas sendiri. "Keuntungan yang didapat bisa lebih besar dibandingkan dengan kita membeli kertas daur ulang yang sudah jadi di pasaran," ujarnya.
Asal tahu saja, harga kertas daur ulang ukuran A3 di pasaran seharga adalah Rp 1.500 hingga Rp 2.800 per lembar. Bila dalam sebulan membutuhkan 1.000 lembar kertas, uang yang harus disiapkan sekitar Rp 1,5 juta. Kalau membuat sendiri, dengan uang Rp 200.000–Rp 300.000, Anda sudah bisa menghasilkan kertas sebanyak itu. Harga bahan baku, yakni kertas-kertas bekas atau koran cukup murah. Per kilogram bisa ditebus Rp 1.000. Asumsinya, untuk membuat 1.000 lembar kertas dibutuhkan 100 kg kertas bekas, sehingga Anda hanya perlu mengeluarkan biaya Rp 100.000.
Sisanya uang bisa Anda gunakan untuk membeli pewarna dan bahan serat lain untuk menghasilkan kertas yang bertekstur. "Selain lebih irit, kita bisa menciptakan tekstur kertas yang kita inginkan sehingga produk kita mempunyai ciri khas kertas yang berbeda dengan yang lain," jelas Diana.
Dalam sebulan, pengeluaran yang harus Anda perhitungkan antara lain adalah pembelian karton sebagai bahan dasar aneka produk. Sedikitnya, Anda harus merogoh kocek Rp 2 juta untuk membeli karton dan lem. Sementara untuk membeli bahan tambahan hiasan produk sekitar Rp 500.000.
Gaji untuk dua orang karyawan sekitar Rp 2 juta. "Karyawan tetap tak usah banyak-banyak, dua–tiga orang saja. Kalau ada orderan banyak, baru pakai tenaga borongan," ujar Joko.
Strategi pemasaran
Diana menyarankan, Anda memperkenalkan produk kertas daur ulang secara online di situs internet. "Saya dulu hanya ditulis profil usahanya dan menampilkan beberapa produk serta mencantumkan nomor telepon. Dari situ, satu per satu pelanggan datang," jelas Diana.
Dengan memamerkan produk-produk di internet, calon konsumen dari segala penjuru dunia bisa mengaksesnya. "Sekarang, yang ramai memang pasar di luar Pulau Jawa. Pesanan saya banyak dari luar Pulau Jawa, biasanya untuk dijual kembali," kata Diana.
Selain memasarkan secara online, Dicka juga aktif ikut bazar atau pameran produk. Dengan aktif memamerkan produk melalui bazar ini, produk akan semakin dikenal. "Saya dulu ikut bazar di kampus-kampus. Dari kesempatan itulah produk saya dikenal dan langsung ada pesanan suvenir. Sampai sekarang, kampus itu masih langganan," papar Dicka.
Selain itu, coba cari rekanan bisnis. Misalnya, toko-toko kerajinan. Di tempat seperti itu Anda bisa menitipkan barang produksi. "Ada lima toko yang saya titipi. Ada toko kerajinan, ada juga toko batik," kata Joko. Biasanya, menembus toko-toko semacam itu tak terlalu sulit asalkan barang yang kita tawarkan layak jual dan mempunyai harga murah.
Patut dicatat, ketika menitipkan barang di toko orang lain, Anda harus rajin menengoknya. Ini penting, guna memperhatikan seberapa besar minat pasar terhadap produk yang ditawarkan. Tujuan lain adalah untuk memperbaharui jenis barang dan membangun kepercayaan dari si pemilik toko.
Menawarkan produk pendamping
Joko menyarankan, seiring perkembangan bisnis produk dari kertas daur ulang Anda, bila bisnis sudah mulai berjalan, ada baiknya Anda mulai menawarkan produk jenis lain yang memang dibutuhkan pasar. “Ini hanya untuk mendongkrak pendapatan saja,” kata Joko.
Ambil contoh Joko. Setelah menitipkan produk berbahan baku kertas daur ulang di toko batik, dia menangkap peluang lain, yaitu permintaan kemasan batik. Joko pun menawarkan tas berbahan kertas dengan desain yang disesuaikan dengan karakter toko batik tersebut. Hasilnya, pesanan pembuatan tas kertas ini tak kalah ramai dibandingkan dengan pesanan produk-produknya berbahan kertas daur ulang tadi.
Begitu juga dengan Diana yang mencoba memberikan tawaran produk lain, seperti lilin hias. “Ini supaya konsumen juga punya pilihan belanja yang lain,” katanya.
Jika tekun menjalani usaha ini, siapa tahu berkah lain siap menanti Anda yang eksis dan sukses. Diana, yang sudah menjalankan usaha ini sejak 2000, kini, mulai sering mendapat tawaran untuk memberikan pelatihan proses pembuatan kertas daur ulang dan produksi barang dari kertas daur ulang. Sudah tentu, menjadi mentor dalam pelatihan tak gratis. Honornya bisa jadi penambah uang saku.
sumber
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/07/15/09003278/Mengemas.Limbah.Kertas.Jadi.Bisnis.Berkelas
Produk dari daur ulang kertas memang bukan barang baru di Tanah Air. Sejak tahun 1990-an, produk ini sudah mulai dikenal masyakarat dan sempat booming karena keunikannya.
Jenis produk yang bisa dihasilkan dari daur ulang kertas ini juga terus berkembang. Semula wujudnya hanya frame atau pigura foto dan blocknote. Lalu, bermunculan kreasi produk-produk baru seperti wadah tisu, kotak perhiasan, kotak hantaran, dan kotak kado. Sekarang, produk semacam ini mudah ditemui di pasaran. Yang membedakan produk yang satu dengan yang lain adalah desain, bentuk, dan warna yang kian kreatif.
Isu-isu seputar go green yang masih bergaung hingga sekarang membuat produk-produk dari daur ulang kertas ini semakin diminati. Biasanya, produk-produk dari daur ulang kertas ini dijadikan suvenir dalam berbagai acara.
Tren batik beberapa tahun terakhir juga membuat pamor produk-produk dari daur ulang kertas kian bersinar. Sebab, produk-produk dari bahan bubur kertas yang berkesan etnik ini pas bersanding dengan barang-barang yang dibuat dengan teknik batik. "Masih terbuka pasarnya. Produk frame foto yang merupakan jenis produk paling lawas pun permintaannya masih banyak," kata Diana Herawanti, pemilik Spinifex, perajin produk daur ulang kertas di Bantul.
Pengusaha lain dari Yogyakarta, Dicka Armitasari, juga cukup optimistis dengan peluang bisnis produk yang memanfaatkan limbah ini. "Toko-toko kerajinan cukup banyak, toko-toko batik juga banyak. Jadi, produk-produk kertas daur ulang ikut berpeluang diminati pasar," kata Dicka, yang baru memulai usaha ini tahun 2009.
Hingga saat ini, baik Diana maupun Dicka masih melayani konsumen dari wilayah Yogyakarta dan sekitarnya. "Yang datang ke saya biasanya beli untuk dijual kembali," kata Diana.
Dalam sebulan, Diana bisa memproduksi 3.000 unit produk dengan omzet Rp 15 juta hingga Rp 20 juta per bulan. Sementara itu, Dicka sebulan bisa mendapat pesanan sampai 1.000 unit produk dengan omzet Rp 5 juta hingga Rp 7,5 juta. Keuntungan yang mereka dapat bisa mencapai 50 persen dari omzet.
Mau belajar desain
Bekal utama yang harus dimiliki dalam menjalani usaha semacam ini sudah tentu adalah kreativitas. Maklum, barang yang diproduksi merupakan jenis produk yang terbilang punya nilai seni. "Ia juga harus mau belajar soal tren. Misalnya, sekarang ini konsumen lebih menyukai produk-produk yang sifatnya fungsional bukan sekadar dekoratif," kata Diana.
Menurut Joko Wahyudi, pemilik Ken Rayi Paper Craft di Solo, pembuatan produk dari daur ulang kertas terbilang mudah asalkan pembuatnya punya jiwa seni. "Semua bisa dipelajari dengan mudah asal telaten," katanya.
Dicka yang baru saja lulus kuliah sependapat dengan Joko. Untuk mempelajari pembuatan produk, kita bisa mencari informasi sebanyak-banyaknya di internet. "Kalau mau belajar langsung juga bisa. Sekarang banyak yang menawarkan pelatihan proses pembuatan kertas daur ulang dan produksinya. Saya dulu memulainya dengan ikut pelatihan," ujarnya.
Joko mengungkapkan, setiap pelaku dalam usaha ini harus memperhatikan selera pasar. Selain itu, mereka kudu mencoba berinovasi sekalipun produk sejenis sudah banyak di pasaran. Misalnya, inovasi dari sisi warna atau hiasannya. Ambil contoh, dari sisi hiasan, si pembuat bisa lebih bermain kombinasi dengan benda-benda unik dan berkesan etnik seperti rempah-rempah, bunga, atau daun kering. Pilihan lain adalah dikombinasikan dengan kain-kain tradisional, seperti batik atau ulos.
Adapun pewarnaan kertas bisa menggunakan warna alam seperti pandan, daun rambutan, atau kunyit. Serat-serat kertas supaya lebih unik bisa dicampur dengan serat nanas atau serat pelepah pisang. Patut diingat, produk-produk semacam ini rawan penjiplakan. Jadi, Anda mesti rutin atau sering-sering melakukan inovasi.
Modal kecil
Untuk menjajal usaha ini, modal yang harus Anda keluarkan tidaklah banyak, antara Rp 1 juta–Rp 3 juta saja. Uang itu digunakan untuk membeli peralatan seperti blender, papan bak kayu, penggaris, ember, cutter, filter, dan alat tulis. Untuk tempat produksi, Anda bisa memanfaatkan ruangan di rumah Anda sehingga bisa hemat ongkos sewa lokasi usaha. Di Jakarta Selatan, sewa tempat ukuran 35 meter persegi berkisar Rp 10 juta–Rp 35 juta per tahun.
Nah, bila ingin merenovasi lokasi produksi, perlu disiapkan uang sekitar Rp 3 juta. "Biaya itu sudah termasuk untuk membeli rak-rak untuk memajang produk," kata Dicka. Untuk melengkapi usaha semacam ini, paling tidak, Anda juga harus memiliki alat transportasi seperti sepeda motor untuk memperlancar usaha.
Menurut Diana, menekan biaya ada baiknya, yakni Anda mendaur ulang kertas sendiri. "Keuntungan yang didapat bisa lebih besar dibandingkan dengan kita membeli kertas daur ulang yang sudah jadi di pasaran," ujarnya.
Asal tahu saja, harga kertas daur ulang ukuran A3 di pasaran seharga adalah Rp 1.500 hingga Rp 2.800 per lembar. Bila dalam sebulan membutuhkan 1.000 lembar kertas, uang yang harus disiapkan sekitar Rp 1,5 juta. Kalau membuat sendiri, dengan uang Rp 200.000–Rp 300.000, Anda sudah bisa menghasilkan kertas sebanyak itu. Harga bahan baku, yakni kertas-kertas bekas atau koran cukup murah. Per kilogram bisa ditebus Rp 1.000. Asumsinya, untuk membuat 1.000 lembar kertas dibutuhkan 100 kg kertas bekas, sehingga Anda hanya perlu mengeluarkan biaya Rp 100.000.
Sisanya uang bisa Anda gunakan untuk membeli pewarna dan bahan serat lain untuk menghasilkan kertas yang bertekstur. "Selain lebih irit, kita bisa menciptakan tekstur kertas yang kita inginkan sehingga produk kita mempunyai ciri khas kertas yang berbeda dengan yang lain," jelas Diana.
Dalam sebulan, pengeluaran yang harus Anda perhitungkan antara lain adalah pembelian karton sebagai bahan dasar aneka produk. Sedikitnya, Anda harus merogoh kocek Rp 2 juta untuk membeli karton dan lem. Sementara untuk membeli bahan tambahan hiasan produk sekitar Rp 500.000.
Gaji untuk dua orang karyawan sekitar Rp 2 juta. "Karyawan tetap tak usah banyak-banyak, dua–tiga orang saja. Kalau ada orderan banyak, baru pakai tenaga borongan," ujar Joko.
Strategi pemasaran
Diana menyarankan, Anda memperkenalkan produk kertas daur ulang secara online di situs internet. "Saya dulu hanya ditulis profil usahanya dan menampilkan beberapa produk serta mencantumkan nomor telepon. Dari situ, satu per satu pelanggan datang," jelas Diana.
Dengan memamerkan produk-produk di internet, calon konsumen dari segala penjuru dunia bisa mengaksesnya. "Sekarang, yang ramai memang pasar di luar Pulau Jawa. Pesanan saya banyak dari luar Pulau Jawa, biasanya untuk dijual kembali," kata Diana.
Selain memasarkan secara online, Dicka juga aktif ikut bazar atau pameran produk. Dengan aktif memamerkan produk melalui bazar ini, produk akan semakin dikenal. "Saya dulu ikut bazar di kampus-kampus. Dari kesempatan itulah produk saya dikenal dan langsung ada pesanan suvenir. Sampai sekarang, kampus itu masih langganan," papar Dicka.
Selain itu, coba cari rekanan bisnis. Misalnya, toko-toko kerajinan. Di tempat seperti itu Anda bisa menitipkan barang produksi. "Ada lima toko yang saya titipi. Ada toko kerajinan, ada juga toko batik," kata Joko. Biasanya, menembus toko-toko semacam itu tak terlalu sulit asalkan barang yang kita tawarkan layak jual dan mempunyai harga murah.
Patut dicatat, ketika menitipkan barang di toko orang lain, Anda harus rajin menengoknya. Ini penting, guna memperhatikan seberapa besar minat pasar terhadap produk yang ditawarkan. Tujuan lain adalah untuk memperbaharui jenis barang dan membangun kepercayaan dari si pemilik toko.
Menawarkan produk pendamping
Joko menyarankan, seiring perkembangan bisnis produk dari kertas daur ulang Anda, bila bisnis sudah mulai berjalan, ada baiknya Anda mulai menawarkan produk jenis lain yang memang dibutuhkan pasar. “Ini hanya untuk mendongkrak pendapatan saja,” kata Joko.
Ambil contoh Joko. Setelah menitipkan produk berbahan baku kertas daur ulang di toko batik, dia menangkap peluang lain, yaitu permintaan kemasan batik. Joko pun menawarkan tas berbahan kertas dengan desain yang disesuaikan dengan karakter toko batik tersebut. Hasilnya, pesanan pembuatan tas kertas ini tak kalah ramai dibandingkan dengan pesanan produk-produknya berbahan kertas daur ulang tadi.
Begitu juga dengan Diana yang mencoba memberikan tawaran produk lain, seperti lilin hias. “Ini supaya konsumen juga punya pilihan belanja yang lain,” katanya.
Jika tekun menjalani usaha ini, siapa tahu berkah lain siap menanti Anda yang eksis dan sukses. Diana, yang sudah menjalankan usaha ini sejak 2000, kini, mulai sering mendapat tawaran untuk memberikan pelatihan proses pembuatan kertas daur ulang dan produksi barang dari kertas daur ulang. Sudah tentu, menjadi mentor dalam pelatihan tak gratis. Honornya bisa jadi penambah uang saku.
sumber
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/07/15/09003278/Mengemas.Limbah.Kertas.Jadi.Bisnis.Berkelas
CARA MEMBUAT KERTAS DAUR ULANG
Cara Membuat Kertas Daur Ulang tanpa Screen Sablon
Kertas merupakan kebutuhan pokok manusia modern saat ini. Hampir di segala instansi di semua sendi kehidupan menggunakan kertas. Mulai dari tulisan, wadah/tempat produk, seni, hiburan, dan sebagainya.
Namun, penggunaan
kertas yang sedemikian banyaknya mengakibatkan banyak pohon yang
ditebang untuk dijadikan kertas. Belum lagi manfaat lain pohon bagi
manusia yang juga menyebabkan ‘hilangnya’ pohon secara drastis dari muka
bumi ini. Padahal, selain kayunya yang dikonsumsi manusia, kita
juga(pasti!) membutuhkan oksigen yang disuplai oleh tumbuhan. Lagipula,
kertas yang sudah kita pakai akan menjadi sampah yang jika kita tidak
jeli memanfaatkannya kan terbuang sia-sia. Sayang bukan?
Maka, mari manfaatkan sampah kertas!
Caranya?
Ada banyak. Salah
satunya adalah dengan mendaur ulang kertas. Jika belum tahu, caranya
tinggal cari di mesin pencari dengan kata kunci ‘membuat kertas daur
ulang’ dan ya, ada hasilnya. Banyak.
Dari prosedur mendaur ulang kertas tersebut, mayoritas(kalau tidak semua) situs menyebutkan kalau kita butuh benda yang dinamai screen sablon
untuk mencetaknya dan Anda tidak tahu itu benda apa. Anda tidak tahu
apa itu screen sablon? Ya sudah, saya sendiri juga tidak tau. Kita seri.
Tos!
Nah, kemarin saya mencoba membuat kertas daur ulang dengan modal nekat :
- kertas bekas apa
saja, tapi yang saya pakai itu tiket Trans Semarang yg saya kumpulkan
berbulan-bulan, kertas coret-coretan MaFiA(Matematika, Fisika, kimia),
kertas penyumpal sepatu yang baru saja saya beli, dan kertas diari yg
saya sobek-sobek.
- ember atau baskom, yang penting bisa untuk menampung zat cair.
- pisau plastik atau penggaris untuk meratakan.
- air.
- saringan teh yang rapat.
- papan bekas.
- kain bekas non kaos.
Ada dua. Kain yang lebar untuk menutupi papan bekas sampai papan bekas
tertutup semua. Supaya tidak lepas Anda dapat menggunakan lakban. Kain
yang satunya lagi(tidak harus lebar) untuk memeras bubur kertas.
- daun pandan, ini
opsional. Salah satu situs yang saya jadikan acuan praktek membuat
kertas daur ulang menyebutkan kalau pandan bisa dipakai sebagai pewarna
hijau alami dan ternyata itu tidak benar. Sewaktu saya mencobanya
sendiri, pandan bisa mengharumkan kertas(tapi aromanya samar) dan
memberi ‘ornamen’ berbintik warna hijau di kertas yang sudah jadi.
- cobek milik ibu
saya. Mortar juga bisa (bagi yang punya). Sebenarnya saya mau pakai
blender sih. Tapi, berhubung blender susah dibersihkan dan makan energi
listrik, akhirnya saya pake cobek. Lumayan, bisa buat olahraga tangan.
- tepung kanji(yang
murah). Bisa diganti sama lem kertas ataau lem kayu. Apapun perekatnya,
tepung kanji/lem ini harus diencerkan dahulu dengan air supaya tidak
menggumpal.
- panci. Kalau bisa pakai panci bekas supaya tidak kebingungan kalau mau masak.
- kompor.
- sendok dan sendok yang lainnya.
- wadah dan wadah yang lainnya.
Sekarang, cara membuatnya itu seperti ini:
1. Masukkan kertas ke
dalam air, sobek hingga menjadi serpihan kecil yg mirip bubur kertas,
rendam semalaman untuk memudarkan tintanya,
2. Saring buburnya dengan saringan teh. Ambil ampasnya (bubur kertasnya) lalu diperas sampai mengeras jadi ‘batu’ kertas,
3. Kumpulan batu kertas ini kemudian ditumbuk dengan cobek. Walhasil, batu kertas yg ditumbuk akhirnya jadi bau bawang,
4. Isi panci dengan
kertas yang ditumbuk tadi, air, daun pandan yang sudah diulek, dan
tepung kanji yg dicampur air dengan takaran sesuka hati(saya lupa).
Didihkan di atas kompor sambil terus diaduk sampai menghasilkan bubur
kertas yang encer dan wangi dengan tekstur agak lengket seperti lem. Oh,
iya, jika ditambahkan pandan, aroma bawang yang menempel di kertas
dapat dinetralisir,
5. Bubur kertas diperas pakai kain sampai tidak terlalu encer. Letakkan di atas papan yg udah ditutupi kain,
6. Bubur kertasnya lalu diratakan dengan tangan atau dengan pisau plastik(supaya semakin halus) sampai rata,
7. Angin-anginkan
sampai kering. Jangan dikeringkan di bawah sinar matahari langsung
supaya kertas tidak bengkok saat kering. Usahakan juga pengeringannya
tidak menggunakan supaya tidak memakan energi listrik,
8. Kering deh! Klotok(baca:lepaskan) kain dari kertas secara perlahan. Supaya lebih mulus silakan disetrika.
Hasil kertas daur ulangnya dapat Anda olah lagi sesuai selera. Kalau saya, kertas daur ulangnya saya jadikan sebagai isi binder.
sumber : http://green.kompasiana.com/polusi/2013/01/02/cara-membuat-kertas-daur-ulang-tanpa-screen-sablon-521752.html
MANFAAT DAUR ULANG KERTAS
Daur ulang kertas adalah pengolahan sampah menjadi produk baru untuk digunakan kembali. Tujuan utama dari daur ulang kertas adalah untuk melestarikan tekologi dan lingkungan . Daur Ulang kertas mempertahankan sumber daya alam yang dinyatakan akan menemukan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku untuk memproduksi produk baru. Proses daur ulang kertas menyebabkan mengurangi penggunaan energi, polusi lebih sedikit dan lebih rendah emisi gas rumah kaca bila dibandingkan dengan produksi pabrik.
Bahan yang paling umum untuk daur ulang adalah daur ulang elektronik, kaca, logam, kertas, plastik, tekstil dan elektronik. Daur ulang kertas pengolahan limbah skrap kertas seperti pabrik pecah (kertas hiasan dan skrap kertas lainnya dari pembuatan kertas), pra-konsumen limbah (kertas dibuang sebelum dijual ke pelanggan) dan pasca-konsumen limbah ( seperti kertas bekas, majalah, koran, kertas kantor dan buku) yang akan menjadi produk kertas baru.
Seperti daur ulang semua jenis, daur ulang kertas juga dilengkapi dengan banyak manfaatnya. Kertas daur ulang juga meluas ke aksesoris seperti kartrid digunakan untuk mencetak pada kertas, kerajinan membuat kertas undangan, tempat tissue, bingkai foto, dll.
Manfaat Lingkungan
Keuntungan terbesar dari daur ulang kertas adalah konservasi lingkungan. 90 persen dari semua kertas bekas dan sekitar 35 persen dari pohon-pohon di dunia adalah untuk memproduksi kertas. Daur ulang kertas koran menyimpan jumlah yang sama dengan pencetakan kertas fotokopi. Daur ulang kertas di dunia akan menghemat 40 juta hektar (162.000 kilometer persegi) lahan hutan.
Manfaat lingkungan kedua utama dari kertas daur ulang berkurang polusi. Amerika Serikat Environmental Protection Agency (EPA) memperkirakan bahwa pembuatan kertas menggunakan cara daur ulang mengurangi polusi air sebesar 35 persen dan polusi udara oleh 74 persen.
Manfaat Keuangan
Manfaat lingkungan dari kertas daur ulang langsung menerjemahkan untuk keuntungan finansial sebagai daur ulang yang siap menyediakan bahan baku yang tidak akan membutuhkan pengadaan.Selain itu, daur ulang kertas menyebabkan biaya energi berkurang. The Administrasi Informasi Energi AS menyatakan bahwa kertas yang dibuat dengan cara daur ulang menyebabkan penghematan energi sekitar 40 persen. Biro Internasional Daur Ulang (BIR) memperkirakan penurunan 64 persen dalam energi ketika manufaktur kertas dengan cara daur ulang. Daur ulang satu ton koran menghemat sekitar 4.000 kWh listrik, yang kira-kira listrik yang dibutuhkan untuk menyalakan sebuah rumah tiga kamar tidur selama satu tahun.
Kertas daur ulang juga mengurangi kebutuhan air dan minyak. Daur ulang satu ton kertas menghemat sekitar tujuh ribu galon air, dan dua barel minyak. Daur ulang kertas mengurangi biaya hingga 50 persen dibandingkan dengan membeli kertas baru. Dengan kerusakan lingkungan dan pemanasan global itu masalah besar, dan bisnis di seluruh dunia mencari untuk memotong biaya, daur ulang kertas dan aksesoris adalah situasi yang baik menuju Negara yang hijau dan bisa menjadi peluang usaha yang bagus untuk Negara kita.
Halaman ini biasanya ditemukan di Google dengan Kata Kunci :
- pemanfaatan limbah kertas
- hasil daur ulang kertas
- manfaat daur ulang kertas
- Cara daur ulang Kertas
- manfaat limbah kertas
- alat daur ulang kertas
- manfaat kertas daur ulang
- memanfaatkan limbah kertas
- Cara pemanfaatan limbah kertas
- manfaat kertas
- sumber :http://www.mataharicourse.com/kertas-daur-ulang.html
MENGENAL DAUR ULANG KERTAS
Perbandingan laju penanaman pohon dan konsumsinya yang tidak sebanding di Indonesia, semakin memperkuat akan pentingnya daur ulang limbah kertas. Idealnya, laju pertumbuhan hutan harus lebih besar dari laju konsumsinya.
Berbeda dengan di Indonesia, di Amerika Serikat 55% dari jumlah konsumsi kertas secara nasional dapat di daul ulang dan digunakan kembali sebagai bahan baku kertas (ref.:paperrecycles.org). Bahkan di sana, setiap 3 pohon yang dikonsumsi, 5 pohon baru tumbuh sebagai penggantinya. Maka, tidaklah mengherankan jika selama kurun waktu 50 tahun terakhir, populasi hutan di Amerika Serikat meningkat sampai 40%.
Proses Daur Ulang Kertas
Proses daur ulang kertas bermula dari proses pemilahan limbah kertas dari limbah lainnya, mulai dari rumah tangga, sekolah, kantor-kantor atau di tempat manapun. Tahap awal ini sangat menentukan keberhasilan proses daur ulang secara keseluruhan.
Setelah limbah kertas dipisahkan dari limbah lainnya, kemudian limbah kertas diangkut ke tempat penampungan sementara. Di sini, limbah kertas kembali disortir dan dipisahkan dari limbah lainnya. Baru kemudian setelah itu limbah kertas dipress (biasanya menjadi bentuk kotak) dan dikirimkan ke pabrik kertas atau paper mill untuk diproses lebih lanjut.
Di pabrik kertas, limbah-limbah kertas tersebut dihancurkan dan dicampur dengan air untuk membuat bubur kertas. Bubur kertas selanjutnya dicuci (washed), disaring (refined), lalu dijadikan bubur kertas. Untuk menghilangkan warna dari bubur kertas, selama pembuatan biasanya ditambahkan pula bahan kimia pemutih (bleaching agent) seperti hidrogen peroksida atau H2O2.
Setiap kali kertas didaur ulang, panjang seratnya berkurang, yang berpengaruh langsung terhadap kekuatan kertas yang dihasilkan. Kira-kira kertas dapat mengalami proses daur ulang sampai dengan tujuh kali proses.
Produk Hasil Daur Ulang Limbah Kertas
Kertas yang diproduksi dari limbah kertas biasanya diklasifikasikan berdasarkan kualitas (kelas) atau grade. Setiap grade memiliki karakteristik yang berbeda. Secara umum, produk kertas hasil daur ulang biasanya dikelompokkan menjadi corrugated (bahan pembungkus barang), newsprint (kertas koran), mixed (dengan warna dan jenis yang berbeda) dan kertas kerja atau office paper.
Jenis produk kertas daur ulang ditentukan oleh limbah kertas yang digunakan sebagai bahan bakunya. Limbah kertas kualitas rendah misalnya, biasanya dibuat kembali menjadi produk kertas kualitas rendah pula, seperti corrugated paper dan newsprint. Begitu pula sebaliknya.
sumber : http://anekailmu.blogspot.com/2009/07/mengenal-proses-daur-ulang-kertas.html
Proses Daur Ulang Kertas
Proses daur ulang kertas bermula dari proses pemilahan limbah kertas dari limbah lainnya, mulai dari rumah tangga, sekolah, kantor-kantor atau di tempat manapun. Tahap awal ini sangat menentukan keberhasilan proses daur ulang secara keseluruhan.
Setelah limbah kertas dipisahkan dari limbah lainnya, kemudian limbah kertas diangkut ke tempat penampungan sementara. Di sini, limbah kertas kembali disortir dan dipisahkan dari limbah lainnya. Baru kemudian setelah itu limbah kertas dipress (biasanya menjadi bentuk kotak) dan dikirimkan ke pabrik kertas atau paper mill untuk diproses lebih lanjut.
Di pabrik kertas, limbah-limbah kertas tersebut dihancurkan dan dicampur dengan air untuk membuat bubur kertas. Bubur kertas selanjutnya dicuci (washed), disaring (refined), lalu dijadikan bubur kertas. Untuk menghilangkan warna dari bubur kertas, selama pembuatan biasanya ditambahkan pula bahan kimia pemutih (bleaching agent) seperti hidrogen peroksida atau H2O2.
Setiap kali kertas didaur ulang, panjang seratnya berkurang, yang berpengaruh langsung terhadap kekuatan kertas yang dihasilkan. Kira-kira kertas dapat mengalami proses daur ulang sampai dengan tujuh kali proses.
Produk Hasil Daur Ulang Limbah Kertas
Kertas yang diproduksi dari limbah kertas biasanya diklasifikasikan berdasarkan kualitas (kelas) atau grade. Setiap grade memiliki karakteristik yang berbeda. Secara umum, produk kertas hasil daur ulang biasanya dikelompokkan menjadi corrugated (bahan pembungkus barang), newsprint (kertas koran), mixed (dengan warna dan jenis yang berbeda) dan kertas kerja atau office paper.
Jenis produk kertas daur ulang ditentukan oleh limbah kertas yang digunakan sebagai bahan bakunya. Limbah kertas kualitas rendah misalnya, biasanya dibuat kembali menjadi produk kertas kualitas rendah pula, seperti corrugated paper dan newsprint. Begitu pula sebaliknya.
sumber : http://anekailmu.blogspot.com/2009/07/mengenal-proses-daur-ulang-kertas.html
Langganan:
Postingan (Atom)